Got Dropped into a Ghost Story Still Gotta Work Bahasa Indonesia
Chapter 6.1
TL: Aninsane
***
'Merchandise baru?'
Dan katanya baru saja terbuka, artinya aku bisa pakai merchandise lain dari isi kotak yang aku bawa.
'Tapi berdasarkan apa urutan terbukanya?'
Aku ingin cepat cepat menyentuh catatan yang melayang itu, tapi aku ingat kalau aku masih duduk di tengah tengah ruang acara.
Belum lagi, aku bisa merasakan tatapan orang-orang yang kadang melirikku, karena si pembaca acara sempat menunjukku sebagai karyawan terbaik.
'Lebih baik aku biarkan seperti ini dulu, aku cek nanti saja.'
Acara ini sepertinya akan segera berakhir, aku bisa segera pulang... Tunggu.
Aku tiba-tiba menyadari aesuatu yang sangat penting.
Lah, apa aku punya rumah di sini?
Aku cepat-cepat mengeluarkan smartphone dan mulai mengeceknya mencari petunjuk.
Tapi tidak ada catatan atau petunjuk pekerjaanku sebelumnya apa.
Bahkan nomor kontak keluargaku juga tidak ada.
'Oh, tidak...'
Yang tersisa di smartphoneku cuma tentang masa kuliahku, yang sama dengan ingatanku, membuatku agak tenang sedikit.
Tapi masalahnya... Waktu kuliah aku tinggal di asrama.
'Dan aku mengalami masa masa sulit menemukan tempatku sendiri setelah wisuda karena berbagai hal.
Dan begitulah, informasi yang terbaru yang bisa aku temukan di smartphoneku ini cuma chat untuk melihat rental apartenen dan chat dengan teman curhat soal dia menginap di motel karena tidak bisa bayar sewa studionya.
Aku mendongak dan menengok ke arah layar yang masih menyala di ruang acara.
Lebih tepatnya, aku fokus ke satu kata di bagian paling bawah layar.
[Keuntungan Karyawan - Lain-lain]
Mess Karyawan
Keuntungan ya... Kalau begitu aku harus manfaatkan gratisan ini kan?
|| Tl note: Iyaa bang manfaatkan aja dapat gratisan (人 •͈ᴗ•͈) ||
***
Keuntungan karyawan dapat mess gratis ini diproses sangat cepat.
"Ah, Halo!"
"Halo."
Kurang dari satu jam setelah aku bertanya ke resepsionis, aku langsung dikasih nomor kamar, kunci, dan alamat. Lokasinya tidak buruk juga.
Tapi aku yakin perusahaan ini sebenarnya tidak tulus memberikan fasilitas nyaman seperti ini ke karyawannya.
'Kalau mereka ingin mempekerjakanku bagai kuda, masuk akal sih kalau menempatkan budak korporat tidak jauh-jauh...'
Meskipun begitu, bangunan ini tetap kelihatan layak sih. Tempatnya bersih, baru saja direnovasi, dan keamanannya juga ketat.
Biasanya mess karyawan cuma diberikan oleh perusahaan yang lokasi kantornya jauh dari pemukiman, jadi benefit karyawan yang aku dapatkan ini sudah tergolong bagus.
'Perusahaan ini telah memaksaku melalui permainan bertahan hidup yang mematikan, jadi ya tentu saja aku harus memanfaatkan mess ini!'
Tapi pikiran sinisku menjadi kenyataan tidak lama kemudian.
Ketika aku berpapasan dengan Go Yeongeon, dia bilang padaku,
"Apa kau sudah dengar? Tujuh dari kita tinggal di mess karyawan."
Itu berarti setengah dari kita.
Sepertinya Go Yeongeon juga bakal tinggal di mess karyawan ini. Dia malu-malu melihat aku menatapnya.
"Ini memang agak mengkhawatirkan, tapi karena kita sudah dipekerjakan... Menolak tawaran gratis dengan lokasi strategis dekat stasiun seperti ini akan sayang sekali..."
Yup. Di dunia kapitalis, uang memang jadi hal terseram.
Bisa menghemat 1.2 juta won¹ per bulan? Siapa yang bakal menolak.
Tentu, ada alasan lainnya lagi.
"Sepertinya mereka yang datang dari luar kota, setelah diberi tahu soal mess karyawan, mereka segera daftar setelah baru saja direkrut."
"Masuk akal."
Aku paham. Para karyawan baru sudah mensyukuri dan menerima sepenuhnya adanya mess karyawan ini, jadi sulit untuk menolaknya.
Itu juga kenapa staff perusahaan bisa cepat sekali menyiapkan ruangku untuk mess ini. Semua jadi masuk akal.
'Ruangan yang akan aku tempati ini mungkin aslinya diperuntukkan salah satu karyawan, yang ia sekarang tidak berhasil bertahan hidup dari permainan sebelumnya.'
Setelah mengobrol sedikit dengan Go Yeongeon, aku naik ke lantai 12, tempat di mana kamarku berada.
Sejauh ini baik-baik saja.
Masalahnya?
Kamar ini punya dua ruangan.
Dan teman sekamarku adalag Baek Saheon.
"...."
"...."
Baek Saheon sedang duduk di ruang tengah.
Dia mengenakan penutup mata medis di salah satu matanya, menunjukkan kalau dia sudah menerima penanganan—mungkin dari perusahaan, bukan dari rumah sakit melihat timing waktunya.
Aku diam sambil mengangguk kecil kepadanya, lalu berjalan menuju ruanganku ketika—
"Hei."
Apa sih?
"Hei?"
Aku berhenti melangkah.
Baek Saheon tersentak ketika aku memberikan respon, lalu dipenuhi dengan amarah, dia melotot padaku dan berkata.
"Kau pasti senangkan melihat aku kehilangan mata gara-gara barang hilang sialan itu, kan?"
Dia sepertinya berpikir kalau aku tau soal barang yang hilang, tapi diam saja dan membiarkan matanya dicongkel keluar.
'Lah dia sendiri yang egois keluar sendirian, sekarang dia menyalahkanku?'
Dia oke oke saja menonjok mata orang lain, tapi kalau dia yang kena, aku wajib bantu dia begitu?
Kreativitasnya memutarbalikkan fakta memang ga ada lawan.
Tapi saat itu juga, aku sadar.
Kalau aku jawab seperti orang baik misal, 'Yah, kamu yang keluar duluan, jadi...' atau 'Kemapa kamu jadi berbicara seperti ini, Seonsaeng-nim?' Pasti bakal membuatnya merasa benar sendiri dan malah makin menjadi-jadi.
Ada istilah yang pernah aku pelajari ketika menghadapi klien tipe-tipe seperti Baek Saheon.
Kita panggil mereka 'Orang Suka Bikin-bikin Komplen'.
Mereka membuat sendiri bayangan di kepala mereka terkait suatu situasi, lalu kekeuh dengan jalan berpikir mereka itu.
Orang-orang seperti ini, bicara baik-baik nggak bakal mempan.
Lebih baik kalau...
"Oh, terima kasih sudah memberikanku pertunjukan yang menarik."
Jadi lebih offensive di sini adalah kuncinya.
Aku berjalan mendekati Baek Saheon, mencengkeram pundaknya.
"Terima kasih! Aku benar-benar puas. Inikah yang dinamai dopamine rush?"
"A...apa..."
"Lain kali jangan sungkan-sungkan berbagi hal menarik lagi denganku. Sebenarnya, ide bagus kalau kita kerja sama.
"Iya... Pasti bakal hebat, kan?"
Sudah.
'Sekarang, dia pasti berpikir kalau aku psiko.'
Berdasarkan perilakunya sebelumnya dan performanya di Dark Exploration Records...
'Baek Saheon ini tipe-tipe orang yang kalau lihat orang lain ketakutan karena dia, bakal malah makin memojokkan orang itu.'
Jadi, bakal lebih baik kalau kesan yang aku tunjukkan adalah, 'lebih baik jauh-jauh dari orang ini'.
'Anggap saja gertakan tadi sebagai bonus.'
Aku menepuk pundak Baek Saheon beberapa kali, lalu berdiri, berjalan ke kamarku tanpa menoleh.
'Selama dia tidak menikamku waktu tidur, aku bakal baik-baik saja.'
Tentu, aku bertindak agak psiko tadi cuma pura-pura.
Kemungkinan aku benar-benar kerja sama dwngan orang macam dia sepertinya kecil.
Perusahaan macam apa yang timnya isinya orang-orang baru semua? Kemungkinan kita bakal ditempatkan di tim beda-beda.
Jadi bakal diseimbangkan, kayak cerita anime ninja yang menempatkan orang berdasarkan jurus dan kemampuannya begitu.
Dan lagi, aku dipanggil jari karyawan terbaik, lalu selanjutnya Baek Saheon.
'Jadi, dia dapat penilaian bagus juga. Lebih kemungkinan kita ditempatkan di tim yang beda supaya tingkat kemampuannya merata.'
Kami tidak akan bekerja sama dalam waktu dekat.
Jadi, lebih baik kita berdua saling mengabaikan satu sama lain.
Klak.
Aku masuk ke kamarku dengan lega.
"Haa..."
Kamarnya bersih, tempat tidurnya baru diganti seprainya. Ada meja kerja yang rapi, lengkap juga dengan toilet pribadi. Ada catatan petunjuk ditempel di pintu.
"Kalau aku mendaftar, mereka akan membersihkan kamar setiap minggu, hanya 100,000 won per bulan?"
Ini benefit yang sungguh menyilaukan buat para pekerja baru, sesuatu yang akan membuat mereka lupa kalau mereka barusaja melalui permainan kematian di luar nalar.
Bakal banyak karyawan baru yang bingung dengan perubahan dari sebelumnya, ke situasi yang rapi, realita yang ramah, seakan-akan permainan mematikan tadi tidak pernah terjadi.
Berdasarkan apa yang aku ketahui soal motif perusahaan ini, semua jadi jelas apa yang mereka rencanakan di balik ini semua...
"Iya, mereka sepertinya sudah putus asa mengisi posisi kosong di Tim Eksplorasi Lapangan.'
Mereka ingin memastikan kalau para karyawan baru yang bisa diandalkan ini tidak buru-buru ingin resign.
'Oke, akan aku maksimalkan apa yang mereka berikan padakum'
Lagipula, aku sudah memutuskan untuk tinggal.
***
TL: Aninsane
¹1,2 juta won = 14 juta rupiah. (Ingin menangys aku melihatnya, mahal banget)
Semakin dilogika gitu sama MC, semakin aku curiga dia bakal satu tim sama Baek Saheon 😂 lihat aja guys.