I Become a God in a Horror Game Bahasa Indonesia
Chapter 1: Kota Kecil Siren
TL: Aninsane
***
Bai Liu bangun dan mendapati dirinya duduk di kursi belakang sebuah mobil dengan kabin sempit dan pengap.
Bau asap yang sangat nyata memenuhi jok-jok mobil yang sudah usang, aliran air mengalir terus menerus di kaca jendela, dan pandangan dari balik kaca hanya menampilkan gerimis samar di luar.
Langitnya kusam banget, sampai-sampai Bai Liu nggak tahu ini senja atau udah malam. Ada juga bau samar-samar ikan asin yang nggak enak nempel di hidungnya.
Di depannya, ada panel mengambang bertuliskan — [Petunjuk Permainan].
Bai Liu mengernyit.
Ini di mana? Kenapa aku di sini? Dan ini panel apaan?
[Kamu sedang berada di dalam sebuah game mematikan. Kami mendeteksi hasratmu yang sangat kuat akan uang setelah kamu kehilangan pekerjaanmu—itulah yang memicu terbukanya game ini.]
Begitu kata-katanya muncul satu per satu, Bai Liu akhirnya inget sesuatu.
Ya, benar... dia memang baru aja nganggur.
Dan dia emang orang yang sangat cinta duit. Sejak kecil, dia udah terobsesi sama uang, bahkan sempat didiagnosis punya [gangguan menimbun uang] oleh psikiater.
Psikiaternya bilang kalau dia nggak belajar ngendaliin obsesi itu, suatu saat nanti dia bakal ngelakuin hal-hal yang bikin dia nyesel seumur hidup.
Waktu masih kerja, Bai Liu punya penghasilan tetap tiap bulan, jadi masih bisa sedikit ngontrol keinginannya. Tapi begitu kehilangan kerjaan, dia jadi kalap dan makin terobsesi buat ngumpulin duit.
Psikiaternya bilang ini reaksi psikologis yang wajar buat para karyawan korban PHK, dan nyaranin dia buat tenang, jalan-jalan, dan ngelihat dunia.
Bai Liu cuma bisa nyinyir waktu denger saran itu. Tanpa uang, yang bisa dia lihat cuma neraka, bukan dunia.
Bai Liu, menyindir psikiaternya: “Kalau aku jalan-jalan lihat dunia, aku bakal jadi kaya?”
Psikiater: “Tentu nggak dong, kamu malah makin miskin.”
Bai Liu: “......” Lah kamu tahu juga ending-nya!
Psikiater: “Tapi setelah kamu makin miskin, kamu bakal sadar... kemiskinan itu nggak seburuk itu. Uang itu cuma benda, ngapain bikin dirimu sendiri menderita?”
Bai Liu dengan ekspresi datar: “Punya pasien kayak aku nyiksa nggak sih?”
Psikiater: “......” Iya. Nyiksa banget.
Bai Liu nyengir: “Kamu sendiri ngapain nyiksa diri? Kenapa nggak resign dan jalan-jalan?”
Psikiater: “......” takut keluar rumah karena nggak punya duit.
Tangisan pun pecah.
Setelah sukses bikin entah berapa psikiater nangis, Bai Liu cuma bisa ketawa dan nyimpulin: kemiskinan emang senjata paling mematikan buat nyiksa manusia.
Lukanya bukan cuma 800... tapi 1000.
Untungnya psikiater komunitas itu gratis, kalau nggak Bai Liu udah tambah miskin.
Setelah kehilangan kerjaan, Bai Liu masuk ke fase cemas berat yang nggak bisa dia atasi. Dia sering mimpi jadi kaya mendadak, duduk di tumpukan uang sambil ketawa bahagia.
Tapi tiap kali bangun, kenyataan langsung nyeret dia ke lubang depresi—tabungannya cuma lima digit, mana cukup?
Dalam fase nganggur penuh stres ini, satu-satunya hiburan Bai Liu adalah mimpi.
Dia sering ngayal, andai ada cara berbahaya tapi cepat buat dapetin duit... aku mungkin bakal nekat!
Dia cerita ke temannya soal ide ini. Temannya jawab sambil nunjuk buku KUHP di rak:
Teman: “Lihat tuh buku KUHP di rak? Coba buka, cari bagian pekerjaan berisiko tinggi yang menguntungkan. Kerja keras aja, nanti juga bisa masuk daftar ekspedisi bulan ini.”
Bai Liu: “......”
Tapi Bai Liu nggak mau jadi kriminal. “Emang nggak ada cara dapetin uang cepat tanpa melanggar hukum?”
Teman: “Ada... ya di mimpi kamu.”
Bahkan kalau itu cuma game, dia tetap pengen duitnya. Dan pas lagi mimpikan itu di atas ranjang... kesadarannya hilang... dan di situlah game ini mulai.
Di akhir kilas balik, Bai Liu menatap panel game yang mengambang di depannya.
[Benar, hasratmu yang kuatlah yang memulai game ini. Kalau kamu berhasil menyelesaikannya, kamu akan dapat semua yang kamu inginkan.]
Bai Liu nggak mikir dua kali:
“Aku mau duitnya.”
Terserah gamenya apaan, yang penting dapat duit.
Beberapa detik kemudian, Bai Liu nanya lagi,
“Game ini legal, kan?”
[...... legal]
[Selesaikan game ini, kamu akan dapat poin yang bisa ditukar dengan uang atau apapun yang kamu mau.]
Bai Liu: “Game-nya tentang apa? Gimana caranya dapetin poin?”
[Ini adalah game horor pelarian, penuh hantu, pembunuh, dan hal-hal aneh lainnya. Yang harus kamu lakukan adalah cari kelemahan mereka, selesaikan alur cerita game-nya, dan bertahan hidup.]
[Copy game sedang dimuat… selesai.]
[Judul copy game: Kota Kecil Siren]
[Level: Level 1 (game dengan tingkat kematian pemain di bawah 50%)]
[Mode: Mode Solo]
[Deskripsi Umum: Gabungan seru antara game aksi dan puzzle. Disukai banyak pemain, tapi kejam banget buat pemain baru. Angka kematian pendatang baru tinggi.]
[Data pemain sedang dimuat… selesai.]
[Nama Pemain: Bai Liu]
[Nyawa: 100 ...]
[Stamina: 80 (penuh)]
[Kelincahan: 25 ...]
[Serangan: 30 ...]
[Kecerdasan: 89 ...]
[Keberuntungan: 0 ...]
[Skill: Belum punya]
[Tingkat Spirit: 100 ...]
(Catatan: Pastikan nilai spirit di atas 60. ...)
[Penilaian total atribut panel pemain — F ...]
Setelah Bai Liu baca semua panel karakternya, dia liat tanda tanya di belakang huruf F itu dan merasa kayak lagi dibecandain sama sistem game. Dia tutup panel karakter itu, dan muncul panel baru:
[Kamu muncul di layar kecil di area pendatang baru (1/100) ...]
Bai Liu mengernyit: “Ini apaan lagi?”
[Permainanmu bakal muncul di layar kecil di lobi pemain pendatang baru ...]
Bai Liu mulai paham—ini kayak format streamer game. Tapi dia fokus ke bagian donasi:
“Kalau ada yang donasi ke aku, aku dapet poin, kan?”
[Iya.]
[Selamat bermain, pemain baru.]
Panel itu kayak layar TV yang tiba-tiba mati dan menghilang dari depan mata Bai Liu dalam cahaya putih.
Di salah satu lobi game, sebuah layar kecil tiba-tiba menyala, nampilin wajah pucat Bai Liu.
Banyak layar kecil di sekelilingnya menampilkan wajah para pemain baru yang ketakutan setengah mati—ada yang meringkuk kayak landak, nutup kepala, ada juga yang teriak-teriak dan nyoba mecahin layar.
Cuma Bai Liu yang nggak kelihatan takut. Dia satu-satunya anomali di tengah lautan wajah-wajah panik.
Para pemain yang lewat ngelirik layar itu, mulai ngobrol santai.
“Wah, ada pemain baru lagi. Tebak, bisa bertahan berapa lama?”
“Eh liat deh, background-nya kayaknya copy Siren Town, ya?”
“Wah apes banget, Siren Town itu pembantai pemula. Terakhir kali ada 100 orang masuk, cuma satu yang selamat.”
“Copy random buat pemula sekarang kejam-kejam banget. Tapi tetep aja seru liat mereka ketakutan! Hahaha!”
“Tunggu!” Salah satu pemain tiba-tiba mendekat, matanya membesar pas liat panel karakter Bai Liu.
“INI PEMAIN BARU DENGAN SPIRIT 100!!!”
“APA?!”
“SINI-SINI, AKU MAU LIAT JUGA!!”
“EDAN! SEKARANG SEMUA PEMULA BEGINI?!”
“Yang terakhir punya spirit 100 waktu login, sekarang udah masuk top 10 peringkat dunia, kan?”
“Bakat alami! Woy, gue ikut nonton juga!!”
[50 orang berkumpul di layar Bai Liu ...]
[28 orang ngelike video Bai Liu, 56 orang ngelike layarnya, tapi belum ada yang top up atau donasi ...]
***
TL: Aninsane
Welcome to this new series!! (/^-^(^ ^*)/
Aku memutuskan coba nge-TL novel ini karena seems interesting 👀. Aku tertarik sama ini karena somehow punya vibe yg sama kayak novel yang sebelumnya aku TL (Got Dropped in a Ghost Story Still Gotta go Work). Si Bai Liu kayak kakak seniornya Kim Soleum! 😆😆
Thank you yg mau coba intip translation baruku ini ♥️ Jangan lupa support ceritaku dengan vote ⭐ atau comment 🗨️
Thank you all! 😆