Anin Novel

Got Dropped into a Ghost Story Still Gotta Work

Chapter 3

TL: Aninsane

***

Di tengah kekacauan situasi terjebak dalam cerita horor, tiket yang menjamin keselamatan muncul.

Persis seperti di film-film.

Dan ini bukan ilusi.

‘Jika Anda membawa barang yang hilang ke petugas stasiun, maka Anda akan dibantu keluar oleh petugas stasiun.’

Ini memang secercah harapan.

Masalahnya, benda hilang yang dimaksud pengumuman itu adalah sesuatu yang mengerikan.

“Apa yang baru saja pengumuman itu sampaikan? Pria usia dua puluhan?”

“Mata kiri pria golongan darah A di usia dua puluhan.”

Go Yeongeon menunduk dengan ekspresi kosong.

“Jadi pria dengan golongan darah A ya…”

“Sepertinya begitu.”

Semua orang terdiam dengan kekalutan masing-masing.

‘…Apakah aku biarkan saja event ini?’

Kalau kita turun di stasiun yang benar, semua orang bisa selamat. Kalau satu orang berhasil keluar, maka sisanya akan sulit untuk berpikir jernih.

Tapi kejadian yang terjadi tidak sesimpel itu.

“Tapi… Bukankah lebih baik kalau kita mencarinya?”

“Iya… kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.”

Orang-orang ini terlalu memikirkan pengumuman itu dan tidak bisa melupakannya.

‘…Mari kita lihat dulu jadinya akan seperti apa.’

“Ngomong-ngomong, berapa umurmu?”

“Aku? Aku tiga puluh tahun…”

“Kamu terlihat lebih muda daripada usiamu. Dan sekedar info, aku golongan darah B, jadi aku tidak termasuk.”

“Sama…”

Semua orang sedang mengecek untuk menemukan siapa yang golongan darah A berusia dua puluhan.

Tapi tidak ada yang cocok dengan kriteria itu, kemudian mereka menatapku.

“Kim Soleum-ssi… apakah kamu?”

Aku menjawab singkat.

“Aku tipe AB.”

Aku bohong.

Sebenarnya aku golongan darah A.

*|| Anin: F*** BENAR KAN APA KUBILANG 🤣 MC jadi inceran wkwkwwk.||*

‘Tapi tidak perlu aku memberitahu mereka kalau aku adalah sang target.’

Kalau aku terlihat seperti ingin mengambil kesempatan, nanti orang-orang tidak akan mau menuruti kata-kataku ke depannya.

“Oke… kalau kamu bagaimana Baek Saheon-ssi?”

“Tunggu sebentar.”

Tiba-tiba, orang yang duduk berseberangan denganku angkat tangan.

“Sebenarnya… aku cocok dengan kriteria!”

“Oh!”

Dia bicara dengan cemas. Mungkin dia takut kalau sesuatu buruk terjadi, dia tidak akan selamat.

‘Dia tidak perlu khawatir soal itu aslinya.’

Alasannya karena sebentar lagi akan terlihat.

[Pemberhentian berikutnya adalah Stasiun Amarah. Stasiun Amarah.]

Pengumuman stasiun selanjutnya baru saja disampaikan.

Stasiun di mana petugas akan menerima barang yang hilang.

Orang-orang melihat ke sekeliling.

“Tidak ada yg lainnya lagi?”

“Sepertinya begitu.”

“Sial!”

Baek Saheon, yang mendengarkan percakapan orang-orang, melihat ke orang yang mengaku cocok dengan kriteria dan bertanya.

[Pintu ada di sebelah kanan Anda.]

“Kamu bilang kamu golongan darah A, kan?”

“I-iya.”

“Sayang sekali.”

Dia menonjok pria itu.

“….!”

Suara pukulan yang menyakitkan terdengar, berkali-kali, dari Baek Saheon yang menonjok pria yang mengaku golongan darah A berusia dua puluhan.

Baek Saheon memukul wajah pria itu dengan ujung HP, tepat di mata kiri orang itu, seakan-akan tidak peduli kalau mata orang itu akan hancur.

“Ugh!”

Dan begitu saja, orang itu pingsan tanpa sempat menjerit.

[Pintu sedang terbuka.]

Baek Saheon menggotong pria yang tidak sadarkan diri itu sambil melompat keluar kereta.

“A-apa yang baru saja terjadi…?”

“AAAGHHHH!”

“Apa yang kamu lalukan?!”

Orang-orang baru menyadari apa yang terjadi.

Baek Saheon terkekeh.

“Dasar orang bodoh. Kalau cuma mata yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, ya lakukan saja.”

“…!”

“Dengan begini bisa keluar dari stasiun!”

Sepertinya Baek Saheon memahami apa maksud dari pengumuman itu.

—Kalau Anda menemukan barang yang hilang, silahkan turun di stasiun selanjutnya dan menyerahkan barang kepada petugas.

Memang ada petunjuk kalau kita harus mendengarkan pengumuman, tapi apa yang baru saja dia lakukan sangat agresif.

“Yah, memang sulit untuk mengharapkan kalian mengerti ini—orang-orang yang melempar tanggung jawab ke orang lain untuk keselamatan diri sendiri.”

“A-apa kau bilang?!”

Baek Saheon terus mencerocos dengan komentar kasar. Seakan-akan dia percaya diri kalau tidak ada orang yang berani mengikuti dia turun dari stasiun.

Dan memang benar.

Orang-orang sudah melihat apa yang akan terjadi kalau turun di stasiun yang salah.

“Dasar orang itu..!”

Go Yeongeon merah karena marah. Tapi melihat situasi ini, aku akhirnya paham sesuatu.

Masuk akal!

Julukannya adalah ‘Viper’.

Gambaran karakter Baek Saheon di <Dark Exploration Records>—masuk akal dengan kepribadiannya yang seperti ini.

Aku pikir dia bakal jadi orang baik karena masih karyawan baru, belum terpengaruh hal-hal buruk. Tapi ternyata itu memang kepribadian bawaannya.

[Pintu sedang tertutup.]

Sementara Baek Saheon tersenyum mengejek dengan puas, dia berhasil melarikan diri.

Meskipun itu artinya mengorbankan mata kiri seseorang.

‘Pria itu…’

Tapi masalahnya.

‘Itu tadi sebenarnya tidak perlu.’

Ketika orang-orang fokus pada Baek Saheon, aku mengangkat tanganku untuk meraih rak barang.

‘Aku melihatnya tadi.’

Saat aku merogoh rak barang di atas, di titik yang tidak kelihatan, aku berhasil meraih sesuatu.

Aku mengambilnya untuk mengeceknya.

*||Anin: Woah, aslinya nggak perlu mencungkil mata guys.||*

Di dalam kotak lensa yang aneh, ada sesuatu…. Bola mata.

Dan label.

[Tipe A/Female/27/R]

Ini adalah… salah satu barang hilang yang dimaksud. Memang bukan ini yang menjadi target—tapi seperti ini contohnya.

‘Barang hilang bukan sesuatu yang kamu sendiri kehilangan, tapi yang orang lain hilangkan, bukan?’

Justru, pengumuman ini sebenarnya lebih seperti perburuan harta karun. Penumpang harus turun dengan barang yang tepat sesuai dengan deskripsi, di antara barang-barang lain yang tersedia di rak barang.

Bahkan ada kasus di mana orang-orang secara random saja memberikan barang apa pun yang mereka temukan. Begitu mereka juga masih bisa selamat.

‘Sekarang Baek Saheon termasuk orang-orang yang secara random memberikan apa yang ditemukan—bukan barang hilang sebenarnya.’

Bagaimana kalau dia sadar kalau dia sebenarnya tidak perlu mengorbankan mata pria itu?

Pintu kereta api telah tertutup. Ketika kereta api akan berangkat, Baek Saheon sekilas membuat kontak kata denganku ketika akan pergi dari platform.

Aku mengangkat kotak lensa dengan bola mata di dalamnya, memastikan dia bisa melihatnya secara jelas.

Aku menutupi labelnya, sehingga hanya satu hal yang terlihat jelas.

Bola mata.

“…!!”

Dari balik jendela kaca, ekspresi Baek Saheon berubah setelah menyadari apa yang aku pegang.

Tapi sudah terlambat.

[Kereta sekarang berangkat dari Stasiun Amarah.]

Kereta beranjak pergi.

Aku melihat ke belakang, ke arah pria yang dipukuli Baek Saheon.

Berdasarkan apa yang terjadi, sepertinya Baek Saheon berusaha menghilang barang hilang selain yang dimilikinya.

‘Dia pasti berpikir kalau cuma satu barang hilang akan akan diterima.’

Aku tidak menyalahkannya kalau dia mencoba melarikan diri sendirian… tapi ini kelewatan.

Aku berbalik menatap pintu.

Dari belakang, aku mendengar suara orang menggebrak pintu gerbong dengan putus asa.

Dan setelah kereta meninggalkan platform, aku mendengar suara jeritan seseorang sedang menahan suatu rasa sakit yang membuat ngilu.

[Barang hilang telah berhasil diserahkan kepada petugas stasiun.]

***

TL: Aninsane

Komentar Pembaca



Previous List Next