Got Dropped into a Ghost Story Still Gotta Work
Chapter 2.3
TL: Aninsane
***
“….“
Sikapku yang tegas membuat mereka menjadi mulai mempertimbangkan apa yang aku katakan.
[Pintu akan ditutup…]
Sementara itu, pintu mulai tertutup.
“Ah…”
Aku melangkah minggir. Orang-orang menyaksikan pintu tertutup di hadapan mereka.
Tapi tidak ada lagi yang meneriakiku karena mencegah mereka keluar.
‘Apakah ini cukup …?’
Aku puas karena telah berhasil menghentikan orang-orang ini, ketika di luar tiba-tiba terdengar teriakan.
“Lihat! Semua orang di gerbong depan keluar!”
“….!”
Mereka semuanya keluar?
Aku segera melihat keluar jendela.
Tidak semua, tapi sepertinya lima-enam orang keluar.
“….”
Huff….
Jujur, aku tidak mau melihat apa yang selanjutnya akan terjadi.
Tapi aku perlu melihatnya untuk membuat argumen yang bisa lebih dipercaya ke depannya. Sial….
Menyipitkan mata, aku menyaksikan apa yang terjadi di luar.
“Hah? Kenapa mereka berlari?!”
Mereka yang keluar kereta tiba-tiba berlari serentak. Aku lihat lima-enam orang itu berlari ke pintu keluar, menuju tangga.
Tapi mereka terlambat.
“Aaahhhhhh!”
Platform stasiun mulai membara dengan warna kuning, dan kaki orang-orang itu seakan tenggalam, meleleh ke lantai yang menyala.
“E…emas?”
Itu pemandangan yang mengerikan. Bagian bawah tubuh mereka menjadi patung emas seketika, menyatu dengan lantai.
Mereka berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka.
Mereka terus meronta ronta, hingga seluruh tubuh mereka benar-benar menjadi patung.
Tidak ada yang lolos.
Seperti itulah mereka menjadi bahagia—mendapatkan emas di seluruh kehidupan mereka.
“Hueeekkk!”
“Uughhh!”
[Kereta akan melanjutkan keberangkatan]
Di dalam kereta yang sekarang kembali melaju, hanya terdengar suara syok dan tangisan.
Salah satu orang yang tadi bersikeras keluar, malah menggenggam tanganku dan memohon.
“K-kamu bilang akan bertanggung jawab. Apakah kamu benar-benar tahu jalan keluarnya?”
“Aku tahu.”
Jawabku tegas.
Sejujurnya, agak lucu juga aku yang awalnya mau bertanggung jawab kalau jawabanku salah, menjadi aku diminta bertanggung jawab membawa mereka keluar dari situasi ini. Tapi aku tetap meyakinkan mereka.
||Anin: Eeee dasar orang-orang dikasih hati minta jantung.||
‘Situasi ini benar-benar kacau.’
Kakiku gemetaran sampai rasanya mau pingsan.
Gambaran korban-korban tadi yang tubuhnya melelh dan jadi patung emas membuatku ingin muntah.
Tapi aku yakin satu hal.
Meskipun aku berhasil keluar dengan selamat dari kereta bawah tanah ini, aku pasti akan bermimpi buruk.
Saat itulah, Baek Saheon berbicara padaku dengan tatapan kagum.
“Kamu sungguh luar biasa, Seonsaeng-nim¹!”
“…Seonsaeng-nim?”
“Oh, aku kebiasaan memanggil orang yang baru aku kenal seonsaeng-nim.”
Dia dengan malu-malu menambahkan.
“Nggak banyak orang yang seperti kamu jaman sekarang. Orang-orang yang berani bersuara tentang mana yang benar dan mana yang salah. Biasanya orang-orang lebih suka bicara yang tidak jelas.”
“….”
“Aku berharap kita bisa selamat dengan petunjukmu.”
Uh… terima kasih atas dukungannya, tapi ini memang situasi di mana omong kosong tidak akan mengubah apa pun.
‘Kalau kita tidak bisa mendapatkan penilaian yang bagus dengan keluar dari sini, kita semua akan mati tahu.’
Tunggu.
Ada yang tidak beres.
Aku melewatkan sesuatu ketika terlalu ketakutan tadi.
‘Kalau dalam <Dark Exploration Records> Baek Saheon termasuk karakter karyawan, berarti itu artinya dia bisa berhasil keluar dari sini, kan?’
Kalau begitu, bukannya lebih mudah kalau aku ikut saja Baek Saheon akan turun di stasiun mana.
Kalau aku bisa meyakinkan Go Yeongeon, maka itu artinya ada tiga orang yang keluar. Kalau kita ada inisiatif keluar, orang-orang lain akan cenderung ikut.
‘Apakah memang semudah itu?’
“Baek Saheon?”
“Ya?”’
“Apakah ada stasiun tertentu yang kamu ingin turun? Maksudku … apakah ada nama atau kata-kata yang ketika muncul, aku ada dorongan untuk turun?”
“…Huh, kok tiba-tiba?”
“Aku ingin tahu pendapat semua orang.”
“Ah…”
Baek Saheon mulai memikirkan sejenak sebelum kembali berbicara.
“Tidak tahu. Aku tidak terlalu paham tentang hal-hal seperti ini.”
“Begitu…”
Jadi dia belum tahu.
Aku mengangguk santai. Meskipun belum kepikiran, tapi kalau Baek Saheon punya pendapat, aku akan mempertimbangkannya.
Ding. Ding.
[Perhatian untuk penumpang. Ini adalah pengumuman dari Abyssal Transpo untuk perjalanan yang menyenangkan. Tolong perhatiannya.]
“…!”
Pengumuman berlanjut.
Orang-orang berhenti berbicara dan mendongak.
[Kereta akan melintasi jalur curam, yang akan memungkinkan guncangan dan suara keras.]
[Penumpang dimohon untuk duduk di kursi penumpang untuk menghindari kecelakaan.]
Ah, dasar sial!
“Semuanya, ayo duduk.”
Tanpa penolakan, semua duduk di kursi.
Seakan-akan kata-kataku sebelumnya soal harus memperhatikan pengumuman telah mereka camkan.
Bahkan orang yang tadi ngebet ingin keluar malah jadi orang pertama yang mencari tempat duduk.
Tapi tidak semua orang berpikiran yang sama.
“Oh, tidak! Bagaimana nasib orang di gerbong depan?”
“Orang-orang itu…”
Orang-orang di gerbong depan tampaknya masih berdiri, sibuk dengan pertengkaran internal.
Meskipun aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi karena teriakan perdebatan mereka, bisa jadi mereka tidak memerhatikan pengumuman.
Itu terlihat jelas ketika menyaksikan mereka. Mereka sedang terlalu dalam kepanikan ketika menyaksikan rekan gerbong mereka meninggal di depan mata.
“Haruskah kita peringatkan mereka?”
“Halo! Kalian bisa dengan kami?”
“Hey! Duduk!”
Karyawan baru yang duduk dekat gerbong depan berteriak, tapi orang-orang itu tidak mendengar. Ada satu orang yang membuat kontak mata, tapi malah melangkah pergi.
“Hey, duduk!”
“Bukan! Bukan ke sini, tapi duduk!”
Tapi terlambat.
[Kereta sedang melewati jalur curam.]
Lampu mati.
“…!”
Dalam kegelapan, kereta berguncang dengan keras dan suara-suara goncangan pun terdengar hebat.
Di tengah goncangan itu, suara lengkingan terdengar.
Jeritan.
“Aaaahhhhhh!”
“Aaa..Aaaaaa.Aaaah!”
Suara sesuatu yang basah meledak.
Seperti memencet buah yang kelewat matang.
Lalu, dentuman benda tumpul.
…Dan semua itu terdengar dari pintu gerbon depan.
“….”
“….”
Orang-orang di dalam gerbong ini menjadi terdiam, menahan napas.
Lalu lampu kembali menyala.
Dari jendela kecil, kami bisa melihat apa yang terjadi di gerbong depan.
Semuanya terselimuti darah dan gumpalan.
Seakan-akan apa yang ada di dalam sana telah dimasukkan ke dalam blender. Tidak ada orang yang tersisa.
Semua orang mati.
[Penumpang boleh berdiri kembali. Terima kasih atas kerja sama Anda.]
Kontras dengan suara pengumuman yang tenang, kereta menjadi dipenuhi suara orang panik.
“Keluarkan aku! Keluarkan aku!”
“Haaaaah… haaaah… apa ini? Apa yang terjadi? Ibu… tolong!”
Meskipun begitu, ada juga karyawan yang masih mencoba tetap tenang, menutup mulut mereka.
Bagaimana pun, yang tadi nyaris saja.
‘Sial.’
Meskipun suasananya mendukung kemungkinanku bertahan hidup, tapi aku tetap saja berkeringat dingin karena ketakutan.
Aku mengusap keringat dingin itu dengan tangan yang gemetar dan merapatkan gigiku.
Aku tidak akan lagi melihat gerbong depan.
‘Fokus saja meyakinkan mereka…’
Kalau sudah waktunya yang tepat nanti, aku yakin kita semua bisa turun di stasiun yang tepat dengan selamat.
[Perhatian untuk para penumpang, ini adalah pengumuman dari Abyssal Transpo untuk kenyamanan selama perjalanan. Mohon perhatiannya.]
Pengumuman baru lagi.
“Ahhhhhh!”
“Tidaak lagiii!”
Mengabaikan respon penumpang, pengumuman itu berlanjut dengan tenang.
[Ada barang hilang.]
Tunggu dulu.
Aku mendongak cepat.
[Jika kalian menemukan barang yang hilang, tolong turun di stasiun berikutnya dan berikan kepada petugas stasiun.]
Aku tahu skenario ini.
‘….kasus melarikan diri yang langka!’
=============
3.4 Catatan Tambahan (Melarikan Diri)
Dokumentasi kasus pelarian yang jarang terjadi, ketika penumpang berhasil keluar dengan selamat.
Beberapa metode telah dibuktikan. (Beberapa di antaranya berkaitan dengan ‘pemberhentian kereta sementara’, dan ‘pengunuman barang hilang.’
=============
Kasus melarikan diri yang dijamin berhasil.
Selama berhasil menemukan barang yang hilang itu, pasti akan keluar dengan selamat!
Tapi…
‘Cuma satu orang yang bisa selamat.’
Buat orang sepertiku yang tidak bisa keluar sendiri, barang seperti itu cuma akan jadi tiket yang terbuang.
Aku menggenggam tanganku kuat-kuat.
‘Jadi, siapa yang bisa aku bantu keluar?’
Tidak… apakah membantu orang keluar adalah keputusan yang tepat?
Lalu….
[Barang yang hilang adalah mata kiri seseorang dengan golongan darah A berusia dua puluh tahun.]
Barang yang hilang ini di luar dugaanku.
***
TL: Aninsane
Guyss guys! Makin seruuu! (ㆁωㆁ)